30.9.11

Dokter Cinta ( Cerpen )

“ Chika, aku mau punya pacar kayak dia “
“ Mana sich mana? “
“ Aduh jangan celingukan gitu donk, ntar ada yang tau, arah jam 12 yang pake baju cokelat “
“ Ooo, Firman “ Chika nampak tak antusias setelah tau siapa yang dimaksud Vinka, perhatiannya kembali pada tugas yang sedang ia kerjakan.
“ Kamu kenal dia? “ Vinka nampak antusias. “ Ia ” jawab Chika malas.
“ Mau donk Ka sekali-sekali kamu praktekin ilmu kamu ke aku? “ Vinka merajuk, ia benar-benar berharap Chika dapat mencomblanginya dengan Firman, seperti kredibilitasnya selama ini sebagai dokter cinta yang selalu berhasil menyatukan pasiennya.
“ Males ah, tu anak nyebelin banget, liat dech, haduh emang nggak ada yang lain apa? “
“ Nggak mau, aku cuma suka sama dia “
“ Ya ampun, di tu terkenal playboy, pacarnya aja ada dimana-mana “
“ Please . . . “ Vinka memohon dan membuat Chika luluh pada akhirnya.
“ Tapi cuma buat makan malem, setelah itu urus sendiri “
“ Oke” Vinka tersenyum senang.
***
Sudah dua jam Chika menunggu didepan kelas Firman, namun sosok yang ditunggunya tak kunjung muncul. Membuat Chika semakin kesal.
“ Hei, napa kamu disini, nungguin aku ya? “ Akhirnya Firman muncul, dan selalu saja berhasil membuat Chika kesal. Chika hanya diam, seolah mengiyakan pertanyaan Firman.
“ Kok diem, sapa yang mau ndeketin aku? “ tebak Firman, karena tak ada alasan untuk Chika menemuinya selain ada seseorang yang ingin mendekatinya, karena Firman tau kejadian di masa lalu membuat Chika begitu membencinya.
“ Salah besar aku nerima permintaan Vinka “ Chika bergumam kesal.
“ Asal dia cantik aku mau kok “
“ Dia teman sekelasku, Vinka “ ujar Chika ketus
“ Vinka? “ Firman mencoba mengingat nama itu “ Oo, Vinka dia cantik, lucu, boleh dech “
“ Nanti malam jam tujuh direstoran pelangi “ ujar Chika tanpa basa-basi.
“ Kamu dateng nggak? “
“ Aku? “ Chika bertanya tak percaya
“ Bukannya tiap kamu nyomblangin orang di pertemuan pertama kamu selalu dateng? “
“ Perjanjiannya cuma sampai kamu ketemu dia malam ini, lagian pengecualian kalau kamu orangnya “
“ Oke dech, mau kemana kamu? “
“ Pergi, alergi deket sama kamu lama-lama “ dan Firman hanya tersenyum.
***
“ Chika “ Vinka nampak menyembunyikan sesuatu, namun ia pura-pura tersenyum.
“ Gimana kemarin malem, Firman dateng? “ Vinka mengangguk
“ Ada masalah? Bener kan dia pasti bikin masalah “ Chika bertanya cemas.
“ Enggak kok, dia baik banget “
“ Trus napa kamu kayak patah hati gitu? “
“ Dia naksir orang lain, dan udah lama Firman naksir dia “
“ Firman naksir orang? Udah lama? Kamu pasti dikibuli sama dia “
“ Enggak, dia serius, “ ujar Vinka lemah “ aku pergi dulu ya ada kelas “ Vinka meninggalkan Chika tak bersemangat
Entah mengapa fikiran Chika kembali memutar memori masa SMA. Ketika itu sahabatnya, Monika menemuinya dan dengan mata sembab.
“ Firman, dia mutusin aku “ Monika menangis memeluk Chika yang masih nampak kebingungan.
“ Dia bilang dia suka sama perempuan lain “
“Firman naksir orang? Aneh, pasti ini alesan dia aja buat nolak Vinka “ Chika bertanya pada dirinya sendiri, dan tertawa tak percaya.
***
“ Hai “ Firman menghampiri Chika saat jam makan siang di kantin. Melihat siapa yang hadir, Chika nampak malas.
“ Tunggu “ Firman memegang pergelangan tangan Chika ketika Chika beranjak dari duduknya. “ Aku butuh bantuan kamu “ Chika mengerutkan keningnya, tapi ia duduk kembali. Chika berharap hari ini ia bisa tahu siapa perempuan yang selama ini ada dihati Firman dan membuat Monika serta Vinka menangis.
“ Siapa dia? “ tanya Chika tanpa basa-basi.
“ Aku suka dia sejak dulu “
“ Aku nggak pernah tertarik dan nggak pernah mau tau sejak kapan kamu suka dia, aku cuma tanya  siapa dia “ Firman menyerahkan selembar foto, dalam foto itu ia melihat Firman sedang tersenyum memandang perempuan disampingnya. Chika mengingatnya, foto itu diambil ketika perpisahan SMP, ketika dirinya masih akrab dengan Firman ketika mereka masih berteman baik.
“ Aku suka kamu sejak SMP, mungkin ini terdengar gila, tapi itu yang aku rasain “
“ Ini semua bakal sulit, dia udah tau siapa kamu, dan dia bakal mikir seribu kali buat nerima kamu setelah apa yang kamu lakuin selama ini “
“ Aku nggak akan nyerah gitu aja, yang penting, dia udah tau seberapa besar aku suka dia “
“ Dan aku nggak bisa bantu kamu “
“ Kamu nggak perlu bantu aku, kamu cuma perlu tau aja, selebihnya biar aku yang urus “
“ Terserah “ Chika meninggalkan Firman sendirian, dia benar-benar tak menyangka bahwa dialah penyebab sahabat-sahabatnya terluka. Firman, cintanya telah membuatnya membenci dirinya sendiri.

I Hate April Mop

Aku bertemu dengannya sekitar lima tahun yang lalu, tidak pernah berpikir bahwa aku akan benar-benar menyukainya dan tak pernah berpikir bahwa dia akan benar-benar membuatku terluka. Hari itu, aku melihatnya pertama kali. Sepulang sekolah, dia dengan seragam SMU-nya duduk bergerombol dengan teman-temannya di taman dekat sekolahku, kala itu aku masih duduk di kelas 3 SMP. Mata kami beradu, layaknya dalam adegan sebuah film dia tersenyum begitu pula denganku. Dan hari itupun berakhir tanpa suatu hal yang berarti.
Beberapa hari kemudian, aku lupa tepatnya, beberapa teman perempuan sekelasku dihebohkan dengan kenalan baru mereka. Mereka tertawa-tawa membicarakan anak SMU itu, saat itu aku belum sadar kalau dia yang sedang mereka bicarakan. Hingga seorang teman menyodorkan sebuah nomor handphone didepannku. Aku mengerutkan kening, tak tau maksud dari temanku, tapi aku tetap mengambil nomor itu yang hanya aku tau adalah nomor handphone dari salah satu anak SMU. Sepulang sekolah, aku memberanikan diri untuk mengirimkan sebuah SMS, dan tak pernah berharap dia akan membalasnya. Tapi dia merespon, dia membalas SMS-ku dan tidak terlalu susah untuk kami menjadi dekat.
Aku mulai sedikit berharap mungkin dia adalah soulmateku, akhirnya aku menemukannya sorakku dalam hati kala itu, setelah lima belas tahun dalam hidupku menjomblo (  status yang dianggap mengerikan bagi ABG sepertiku ) aku diberi kesempatan untuk bertemu dengannya. Dari hari kehari kamipun semakin dekat, dia semakin sering datang ketaman dekat sekolahku, tapi kami tak pernah saling menyapa, kami hanya saling melempar pandang dan tersenyum. Akhirnya sebuah tanya menggelayut dipundakku, apakah dia juga sudah mulai menyukaiku? Entahlah, mungkin ini hanya rasa GR-ku yang terlalu berlebihan dan aku menepis rasa itu jauh-jauh, takut terjatuh.
Aku mulai melambung tinggi ketika salah seorang teman memberi tahuku, bahwa dia sering menanyakanku, mulai dari kabar sampai status hubunganku. Siapa yang tidak senang kalau orang yang kita harapkan untuk menyukai kita ternyata menanyakan hal-hal tentang kita? Aku hanya tersipu, dan tak pernah mau mengaku bahwa aku sangat senang. Ya, aku senang sekali saat itu. Dan anganku melambung semakin tinggi.
Suatu malam, seperti biasanya kami saling mengirim SMS, hingga akhirnya kami sepakat untuk jalan. Jujur, saat itu aku senang bukan main, dadaku berdebar dan aku mulai tak bisa tidur. Wow, ini dia yang kutunggu-tunggu, akhirnya aku bisa merasakan jalan berdua dengan seseorang cowok yang bukan saudaraku. Bisa dikatakan ini first dateku, well aku menganggapnya seperti itu dan tak pernah tau dia menganggapnya seperti apa. Aku juga tak pernah tau ini akan menjadi yang pertama dan terakhir bagi kami. Hari itupun tiba, aku merasa sangat canggung, apa yang harus aku lakukan? Teori-teoriku yang selama ini aku sarankan untuk teman-temanku ternyata tak sedikitpun membantu, aku nampak seperti orang bodoh dan akhirnya inipun berakhir dengan kesan bodoh yang berhasil aku tancapkan dibenaknya. Well, aku sangat malu tiap kali mengingat peristiwa ini, lupakan. Berita cepat sekali menyebar, keesokan harinya seantero sekolah menanyakan kebenarannya dan aku hanya tersenyum tak mengiyakan ataupun menyanggah. Hatiku yang melambung tinggi, dihempaskan begitu saja ke bumi ketika seorang teman juga menceritakan pengalaman “ jalan barengnya “ bersama dia. Ternyata bukan hanya aku, tololnya aku yang berharap ada sesuatu hal yang special diantara kami. Perlu dicatat, ternyata dia ramah dengan semua gadis. Akhirnya aku memupus harapanku untuk cintanya.
Tanggal 1 April tiba, karena aku merasa kami sudah cukup dekat, dan dia akan memaklumi semua tindakan isengku, aku mengirimkan sebuah SMS dalam rangka April Mop, sebuah SMS pengakuan perasaan cintaku padanya dan tanpa disadari dia begitu merespon. Aku tertawa membaca tiap balasannya, membayangkan bagaimana terkejutnya dia saat itu dan tak pernah berpikir bahwa ini adalah awal dari keretakan hubungan kami. Disekolah, aku menceritakannya pada sahabat-sahabatku, berharap mereka juga akan ikut tertawa tapi yang terjadi sebaliknya mereka malah memarahiku habis-habisan. Akupun mulai merasa bersalah, ketakutan. Aku takut jika dia marah setelah aku mengakui semuanya seperti apa yang telah diprediksikan teman-temanku. Tapi aku harus berani mengakuinya, aku harus mempertanggungjawabkan apa yang telah aku perbuat. Apa yang kutakutkan terjadi, dia marah, sebenarnya dia tak pernah bilang bahwa dia marah, tapi aku tau dia marah, kecewa mungkin? Entahlah.
Dan semuanya menjadi awal dari “ penderitaanku “. SMS dari seorang kawannya yang berisi kemarahannya padaku. Hubungan kami yang tak berjalan seperti biasanya. Ketidak perduliannya atas diriku dan permintaan maafku. Membuatku semakin merasa bersalah. Ditambah dia tak pernah mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi meskipun aku berkali-kali memintanya untuk menjelaskannya. Dia tak pernah berkata apa yang membuatnya seperti ini, dia juga tak pernah berkata bahwa dia tak marah denganku, dan dia tak pernah berkata bahwa dia memaafkanku. Diamnya benar-benar menyakitiku.
Ini semua belum berakhir, tahun pelajaran barupun tiba. Aku bersekolah di tempat yang sama dimana ia bersekolah. Awal SMU-ku adalah hal terburuk bagiku, semua mata mencibir. Dan “ booommm” gosip kembali beredar, dikalangan kakak kelas namaku sudah sangat buruk. Tapi terserah, aku toh tak seperti apa yang mereka bicarakan. Semuanya memuncak ketika aku mendengar kabar bahwa dia telah berpacaran dengan musuhku, musuh bebuyutanku. Kenapa semuanya begitu kebetulan? Apa tak ada perempuan lain yang bisa dia pacari selain musuh bebuyutanku?
Setiap kami berpapasan dan mata kami beradu, seolah ada sebilah pisau yang menancap ke jantungku. Aku benar-benar merasa sakit, bercampur rasa penasaran. Apa yang sebenarnya membuatku harus menerima semua ini? Apa kesalahanku? Sampai sekarangpun dia tak pernah bicara, padahal aku sangat mengharapkan sebuah penjelasan darinya. Sampai saat inipun meskipun aku mengaku bahwa aku telah memaafkannya atas apa yang telah ia lakukan, namun tiap kali aku bertemu dengannya, jantung ini masih terasa nyeri luar biasa seperti ditikam sebilah pisau. Ya, aku manusia biasa. Ternyata rasa sakit ini masih tersisa walaupun telah lima tahun berlalu. 
Apapun yang sebenarnya terjadi pada saat itu, terimakasih untuk semuanya. Terimakasih sudah membuatku menjadi lebih dewasa. Terimakasih atas rasa cinta dan kebencian ini. Terimakasih telah mau mengisi salah satu halaman kisah cintaku. Dan aku tak akan pernah menyesal karena pernah mencintai dan pernah bertemu denganmu. Aku tak akan pernah menyesal karena berharap bahwa dirimu adalah soulmateku. Terimakasih untuk lolipop kehidupan yang telah kamu berikan untukku, rasa manis dan asamnya lebih berharga dari sekedar kisah cinta anak remaja kebanyakan. Karnamu aku belajar mencinta, karnamu aku belajar berdiri ketika terjatuh dan karnamu aku belajar untuk tersenyum kembali ketika menangis, dan aku akan selalu mengingatmu karena dirimu adalah halaman awal lembar kisah cintaku,my first love DP. Dan sejak saat itu aku membenci tanggal 1 April, karena telah mencuri cinta pertamaku.

16.9.11

Sahabat itu . . .

Aku adalah seorang gadis yang dalam hidupnya dipenuhi rasa takut, ada banyak hal yang aku takutkan. Bahkan beberapa hal sepelepun masih saja aku takutkan dan menjadi beban dalam hidupku. Padahal umurku sudah tidak bisa dibilang lagi sebagai remaja, dua puluh satu tahun? Remaja? Mungkin pada tahun 2003 dan telah berakhir dua tahun lalu . Hari inipun tak ada yang bisa aku kerjakan, liburan semester ini, sama seperti liburan-liburan semester lainnya, tak ada yang bisa kulakukan. Mungkin satu setengah bulan ini akan aku habiskan untuk melamun dan melamun. Wow, waktu yang sangat lama untuk melamun, pasti sudah banyak yang berhasil sukses aku lamunkan. Mulai dari masalah kenaikan harga cabe, sampai masalah negara yang tidak ada habisnya.
Dering ponsel membuyarkan lamunanku. Aku meraih ponsel yang dari tadi tergeletak diranjang bersamaku, jika ia manusia mungkin ia akan merasa sangat bosan dan berlari meninggalkanku. Sebuah pesan baru, ternyata Rindang, ia memberitahukan sebuah kabar gembira, akhir bulan ia akan berangkat ke Korea untuk mengikuti pertukaran pelajar selama satu semester. Aku ikut bahagia mendengarnya ( iri juga sebenarnya, korea gitu, mana aku ngefans berat ma aktor-aktir Korea~pengen *mukamupeng* ), benar aku benar-benar sangat bahagia. Dengan perasaan sangat senang, aku mengetik sebuah balasan, dengan cepat pastinya, karena aku ingin cepat-cepat mendengar kabar lebih lanjut darinya. Ponselku berdering kembali, dengan tak sabar aku membukanya, bukan dari Rindang, tapi dari Putri ( seorang sahabat yang kutemui saat kuliah ), setelah membaca pesan itu aku benar-benar lemas, seperti petir menyambar disiang bolong. Sebuah kabar yang sangat tidak aku harapkan, salah satu nilai dari mata kuliah yang aku ambil mendapat C, seumur-umur baru kali ini aku mendapat nilai C, meskipun setiap transkrip nilaiku selalu terpampang nilai BC dengan manis. Tapi itu tak terlalu membuat nilaiku jatuh, sedang jika mendapat nilai C pada mata kuliah 3 sks secara otomatis nilaimu akan terjun bebas, tanpa ada parasut yang menjadi penolongnya, dapat ditebak, BOMMM. Kau pasti tewas seketika!
Aku mulai kembali melamun dan lagi-lagi merasa takut, aku mulai membanding-bandingkan SMS dari Rindang dan Putri, berbeda sekali aku dengan Rindang dan lamunanku melompat jauh ke peristiwa lima tahun lalu, ketika itu Kasih, salah satu sahabatku akan pergi ke Amerika untuk pertukaran pelajar selama setahun. Aku, Kasih dan Rindang telah bersahabat sejak bangku SMA. Kami bagai kembar dempet, bisa dibilang kami adalah satu paket. Bahkan untuk urusan ekstrakulikuler, kami memilih satu yang sama. Tapi pada akhirnya kami memang tak bisa selalu bersama, setelah masa SMA usai, aku melanjutkan kuliah di Surabaya, Rindang di Bandung, sementara Kasih harus mengulang bangku SMA setahun lagi karena program pertukaran pelajarnya.
Kasih, dia ibarat ibu bagi kami. Dia yang bertugas untuk mengingatkan kami tentang kesalahan-kesalahan bodoh yang sering kami lakukan. Dia selalu menasehati kami dengan cara yang unik, blak-blakan. Mungkin jika tidak mengenalnya kita pasti akan beranggapan bahwa dia sangat “ JAHAT “. Tapi tidak, dia sangat baik. Dia selalu melindungi kami, tentu saja dengan berbagai caranya yang unik. Anehnya setiap perkataannya begitu mendoktrinku, misalnya saja, “ Ah kamu pasti suka sama si A “. Aku yang awalnya tidak ada perasaan sama sekali dengan A dengan hebat dan ajaib merasakan suatu perasaan yang aneh dengannya, suatu hari. Dia adalah orang yang sangat tegas dan tentu saja blak-blakkan ( kalau boleh jujur, sakit hati juga sich kadang, tapi setelah dipikir-pikir, dia emang seperti itu dan pada akhirnya aku terbiasa ). Misalnya saja, “ Hei kamu kok tambah jelek ma item sich “ hiks, perasaan mana yang tak terluka mendengar perkataan ini, apalagi jika dilontarkan dari mulut teman sendiri? Tapi sekarang, perkataan model apapun darinya, masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Karena aku tau, begitulah caranya untuk mengingatkanku, melindungiku dan pastinya menyanyangiku.
Rindang, dia sangat cantik dan pintar pastinya. Hubungan percintaannya semulus jalan tol ( nggak juga dink, kadang dia juga merana akibat cinta ~ hihihi ). Dia si kecil, meskipun tubuhnya bongsor. Tapi meskipun begitu, dia jauh jauuuuhh lebih dewasa jika dibandingkan dengan diriku. Dia selalu mendengarkan semua keluh kesahku tentang orang yang sama selama enam tahun ( kalau Kasih, pasti aku udah ditendang kalau bahas ini :p ), sampai aku benar-benar merasa dia pasti bosan mendengar ceritaku ( tapi meskuipun aku tau ini sangat membosankan, naluriku tak pernah berhenti untuk membuatnya bosan~ jahat kan aku?hahaha ). Dia selalu memberikan nasehat-nasehat yang remaja banget ( kalau Kasih seneng main logika, Rindang lebih senang main perasaan ~ ini pendapatku loo y??? ). Kalau Rindang selalu menenangkanku dengan kesejukan-kesejukannya, Kasih selalu menyadarkanku dari sebuah impian yang tak akan pernah terjadi.
Dua sahabatku ini, benar-benar mengisi semua kekuranganku, merekalah yang menopang aku ketika merasa lelah dan sakit ( terkadang, aku ingin sekali menopang kalian, tapi aku rasa kalian terlalu kuat untuk ku topang ). Tapi mengapa hari ini ada sebuah peraaan aneh yang menjalar dalam hatiku?? Aku merasa benar-benar “ sakit “ dan ketakutan. Apa aku jahat? Tapi aku merasa benar-benar jahat, mereka telah menopangku setiap waktu, tapi mengapa aku harus merasakan perasaan ini? Aku benar-benar merasa sangat tamak dan rakus. Aku menginginkan semuanya, yang aku tau tak akan pernah bisa.
Aku menghubungi Putri, berharap dengan ada seseorang yang mendengar ceritaku, bebanku akan menghilang. Aku menceritakan semuanya, aku menceritakan ketakutanku. Aku menceritakan ketakutanku karena ketidak sempurnaanku. Dan aku menangis. Aku hanya seorang gadis yang penuh dengan kekurangan, nilai pas-pasan wajah pas-pasan semuanya serba pas-pasan, kasarnya tak ada yang bisa dibanggakan dariku. Sedangkan para sahabatku? Bagaimana mereka bisa berteman dengan orang sepertiku? Dan parahnya aku selalu mengeluh, aku selalu menceritakan tentang diriku sendiri. Bahkan aku merasa tak pernah memberi mereka waktu untuk bercerita, karena aku terlalu sibuk dengan permasalahanku, dan maaf karena itu. Aku takut mereka akan meninggalkanku ketika mereka bosan, aku benar-benar tak bisa membayangkan dan aku mulai ketakutan lagi. Aku takut, aku takut melihat pandangan orang-orang terhadap kami, aku begitu takut jika dibandingkan dengan mereka dan aku akan tenggelam. Apalagi ada seorang guru SMA, yang selalu meremehkan kemampuanku. Aku semakin takut.
Aku semakin takut kehilangan mereka, apalagi semenjak kuliah, kami jarang bertemu. Kami terlalu sibuk dengan kehidupan masing-masing. Apakah kami akan berakhir? Aku benar-benar tak ingin kehilangan mereka. Kehilangan sahabat adalah suatu hal yang sangat menyakitkan. Aku pernah mengalaminya, sering. Dan itu menimbulkan luka yang cukup mendalam bagiku. Sewaktu SMP, aku kehilangan banyak sahabat, yah saat itu aku benar-benar menganggap mereka sahabat-sahabatku, aku kehilangan mereka karena berbagai alasan, kekuasaan dan cinta. Apa arti sebuah persahabatan yang sebenarnya bagi mereka? Apakah seorang sahabat hanyalah seseorang yang bisa memberikan sebuah simbiosis mutualisme? Apakah tidak ada ketulusan didalamnya? Dan aku tersadar, mereka bukan sahabat yang aku cari, mereka hanyalah “ teman “ yang singgah dalam hidupku.
Bagiku, seorang sahabat adalah seorang sahabat. Tapi apa benar saat ini aku sudah memperlakukan sahabat-sahabatku dengan baik? Aku juga tak pernah tau dan maaf aku sudah menjadi sahabat yang buruk bagi kalian. Maaf jika kalian harus selalu menopangku, dan aku harap kalian tak pernah lelah, maafkan aku yang begitu jahat memaksa kalian untuk terus meopangku, tapi tanpa kalian aku hanyalah seorang gadis lemah yang penuh dengan ketakutan.
Kembali kedunia nyata ( kira-kira sebulan kemudian ), hari ini Kasih sangat kecewa dan aku sangat memahaminya. Dan lagi-lagi ini akibat kebodohanku, ini semua karena ketakutanku. Aku tau, “ masalah “ ini sudah menjadi bom waktu bagi Kasih, yang pada akhirnya meledak. Aku sangat memakluminya, dan lagi-lagi hanya bisa memaklumi. Karena tak ada yang bisa kulakukan dan kukatakan, aku terlalu takut. Aku meminta pertimbangan pada Rindang karena aku terlalu takut untuk memutuskan sendiri apa yang akan kulakukan. Rindang, dia mengatakan bahwa ini memang kesalahan kami, kami “ mengabaikannya “ tapi bagaimanapun juga dia adalah saudara bagi kami, bagaimanapun orang lain berpendapat. Rindang benar. Akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan semuanya, menceritakan mengapa aku seperti ini dan menceritakan tentang ketakutan-ketakutanku. Aku begitu takut tenggelam diantara mereka dan aku begitu takut kehilangan mereka karena kebodohanku. Aku takut mereka bosan mendengar keluhanku, aku menceritakan semuanya. Semua yang membuatku takut. Dan membuatku sedikit lega, tapi anehnya rasa takut itu masih ada, hanya menjadi berbeda alasan. Aku takut mereka berfikiran aku terlalu omong kosong, hiperbolis dan mengarang-ngarang cerita ( banyak sekali yang aku takutkan bukan?! ) tapi memang ini yang kurasakan.
( Mendapatkan balasan dari kalian, membuatku menangis. Aku sangat bersyukur bertemu dengan kalian )
Kasih :
( Kasih apa tak bisa SMS ini kamu kirim lagi, dan tolong sedikit rapikan agar aku bisa menulisnya ulang )
Oke, langsung komentarku saja ya?
Jangan tertawa, itu benar-benar yang aku rasakan saat ini, ketakutan.
Terimakasih untuk tidak berfikiran seperti itu dan terimakasih sudah menjadikan aku yang penuh dengan kekurangan ini sebagai teman baikmu. Kau benar, seharusnya aku menjadikan semua ini sebagai motivasi dalam hidupku untuk menjadi lebih baik dan mewujudkan salah satu impian bodoh kita ( aku akan terus ingat tentang janji bodoh kita untuk pergi ke Italia bersama pasangan kita masing-masing ). Dan maaf untuk fikiranku yang terlalu sempit, apa aku terlalu bodoh? Sepertinya suatu saat aku perlu mandi dengan “ nasehat-nasehatnu “ sebagai pengganti kembang tujuh rupa. Dan sepertinya harus segera dilaksanakan!
Ini yang selalu membuat ku tertawa, jika mengingat semua kisah hidupku. Memang benar seperti sinetron yang akan tetap laku walau sudah 1000 episode. Aku masih ingat ketika aku mulai kehilangan Rindang hanya karena seorang lelaki yanng sebenarnya tak pantas untuk diperebutkan, dan menangis layaknya sinetron didepan ruang TIK. Waktu itu aku benar-benar takut kehilangan Rindang. ( kelak cerita ini layak dijadikan cerita sebelum tidur bagi anak cucu kita, pasti mereka akan sangat terhibur mendengar “ kebodohan-kebodohan “ kita )
Terimakasih untuk nasehatmu,” ini semua gak mudah. Tapi masa depan dan semua yang akan datang jauh lebih penting. Step by step, stand strong. You can do it “
Kasih, satu yang aku kurang setuju, jangan menjadikan sebuah pertemanan sebagai simbiosis mutualisme aku juga tidak terlalu suka dengan perkataanmu “ Itulah gunanya teman. Kalau nggak dimanfaatin buat apa punya teman hayo? “ agak sedikit ada rasa tertikam ketika mendengarnya ( T.T ).
Kasih, ada satu hal yang belum sempat aku ceritakan, ini saat kau berada di Amerika. Aku begitu takut yang pada akhirnya menutupinya dengan sebuah kemarahan. Ingatkah kau ketika, seorang berinisial ARW menjelek-jelekkanku didepanmu. Saat itu aku benar-benar marah, bukan karena dia memutar balikkan fakta, tapi karena dia menjelek-jelekkanku dihadapanmu. Aku begitu takut kamu akan mempercayainya, aku begitu takut penilaianmu akan sama dengannya. Tapi lagi-lagi tak ada yang bisa kulakukan selain menangis ( aku begitu malu ketika menyadari bahwa sebenarnya aku adalah seorang gadis lemah yang selalu menangis, karena selama ini aku selalu berhasil bersembunyi dibalik kemarahanku ).
Rindang :
  1. Aku bukan orang hebat, apapun masih bisa terjadi. Ini gara-gara kampusku kecil jadi banyak kesempatan ( selalu saja mencoba menghiburku. Ini bukan karena ukuran kampus sayang, tapi memang karena kamu pandai dan pantas mendapatkan kesempatan ini. Jangan selalu mencoba menghiburku, aku ingin belajar kuat. Biarlah kalian menjadi motivasiku untuk menjadi lebih baik ).
  2. Kamu nggak bener-bener kehilangan aku, kita masih bisa hubungan lewat telpon atau facebook dkk ( nggak ada yang perlu dikomentari, kita akan tetap menjadi sahabat walaupun salah satu dari kita berada di kutub utara, benar bukan? Maaf untuk pikiranku yang terlalu sempit ).
  3. * Menyebutkan berbagai hal yang “ dianggap “ sebagai kelebihanku * semua orang punya kelebihan kekurangan kesuksesan dan kelebihan masing-masing ( Rindang, ada yang perlu kamu tau, sekarang aku sangat berbeda, tidak seperti dulu. Aku hanya seorang gadis kelas tiga ( yang jelas terjadi akibat kebodohanku dengan memberi label pada diri sendiri yang sebenarnya sangat amat tidak penting ). Lagi-lagi ini karena ketakutanku. Tanpa kalian aku bukan apa-apa, tak ada lagi yang menopangku dan aku harus berdiri sendiri. Ketakutanku semakin bertambah besar, apalagi melihat dunia ini yang ternyata begitu kejam. Semua orang saling menikam, tak ada yang bisa kupercayai. Aku mulai kehilangan kepercayaan diri yang membuatku semakin malas untuk mencari sebuah tantangan baru, seperti apa yang sering kulakukan dulu. Aku jatuh dalam sebuah lubang yang sangat dalam dan tak belum mampu untuk berdiri ).
Rindang meskipun aku terlihat kuat diluarnya, tapi ada yang perlu kalian tau, aku hanyalah seorang gadis rapuh. Berbeda dengan dirimu yang terlihat rapuh, namun sebenarnya kau jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan diriku.
Terimakasih, hanya itu yang bisa aku katakan, terimakasih untuk persahabatan ini dan maaf jika aku belum menjadi sahabat yang baik bagi kalian. Ketika kita bersahabat, dan kita merasa takut, bahkan takut yang berlebihan, mengenai kehilangan seseorang. Itulah sahabat. Sahabat akan menerimamu apa adanya, walaupun kau hanya seonggok tubuh dengan banyak kekurangan ( aku belajar ini dari kalian yang mau menerimaku apa adanya, terimakasih ).
Sahabat itu, apabila kau tak bisa bernafas tanpanya, karena dia adalah sebagian dari hidupmu. Karena ketika kau memutuskan untuk bersahabat dengan seseorang, secara tidak langsung, kau akan memberikan separuh dari jiwamu tanpa diminta. Sahabat itu, adalah sebuah ketulusan hati yang tak akan pernah tergantikan dengan imbalan apapun.
Untuk sahabat-sahabat yang selalu menyanyangiku
Love
Misschaha

Hari ini aku melihatmu . . .

Hari ini aku melihatmu, dan kau masih sama seperti yang dulu. Selalu bisa membuat hatiku “ sakit “. Tapi sayangnya kau tak pernah tau itu. Yang kau tau hanya diriku yang tidak berguna yang selalu mengejar cintamu. Apa itu salah? Dan apa harus kau menjauhiku seperti itu? Taukah kau, itu menambah rasa sakitku.
Apa Rindang benar? Ini hanya sebuah penyesalan. Tapi sebenarnya apa yang aku sesalkan? Mencintainmu atau bertemu denganmu? Atau kebodohanku yang tak pernah benar-benar bisa mendapatkanmu dan pada akhirnya tak bisa melupakanmu.
Kamu, sampai kapan kau membuatku seperti ini? Tak bisakah kau melepaskanku?
Tidak, kau sudah lama melepaskanku, bahkan tak pernah menyambut tanganku. Hanya aku yang terlalu bodoh, dan biarlah aku menjadi bodoh sampai aku benar-benar bosan.

Sekali lagi Rindang benar

Sekali lagi Rindang benar, meskipun kenyataan ini menusuk batinku, tapi aku harus menerimanya.
Hari ini, dadaku terasa sesak dan aku tak bisa bernafas dan lagi-lagi ini karenamu.
Aku :
Rindang, dy mau ketemu ma aku
Tp aku g mau ketemu dy, aku mesti gmn?
Rindang :
Ketemu aja napa?
Drpd g jelas terus,emang napa g mau coba?
Aku :
G mau
Gmn klo ternyata aku g bisa nglupain dy?
Lagian dy bukan dy yg dulu
Rindang :
kalau qm g bisa ngelupain dy??
Think logic. Dy tu bagusnya apa?
attitudenya udah bagus ta?
udah pernah nglakuin hal baik apa dia sama qm?
yg ada dy ngeremihin qm dg ngblok qm!don’t u feel a little bit like a stalker.
He’s done with you, he’s not good enough for you. End of story. Apa kamu nggak marah sedikit aja ma dy?
Sorry agak kasar, emosi denger namanya
Don’t take it to your heart
Aku :
Marah? Aku g taw sebenarnya ini marah atau bukan?
Tp tiap ketemu dy dadaku sesak n aku jd g bisa nafas, kayak ada yg nikam!skrg rasanya g bisa nafas waktu baca SMS dy
Ia gpp say, maaf juga klo bikin qm tambah kesal
Tp klo masalah dy, jujur aku g bisa nanggung sendiri
Terlalu berat n sulit buat aku
Rindang :
Ya udah lah
Saranku, temuin aja dy
Kalo emang sakit, nangis di depan dy it’s all right ( not in a negative way )
Kalau sakit sekalian aja, tp kalau setelah ketemu qm malah suka dy lagi
Y mungkin dy yg terbaik, karena udah bikin hatimu luluh lagi
You have to try to accept the reality

Lupakan jika ingin, Ingat jika ingin

Rindang, kau benar. Seharusnya aku melakukan itu dari dulu. Seharusnya aku menikmati hidupku dan berhenti untuk menyesali peristiwa enam tahun lalu. Mulai sekarang aku akan melakukan apa yang telah kau sarankan. Untuk memikirkannya jika ingin dan melupakannya jika ingin. Dan tidak menyita pikiranku dengan terus memikirkan sebuah cara untuk melupakannya, semakin aku mencoba melupakannya semakin dia ada dalam benakku. Dan kau benar, itu telah benar-benar menyita waktuku dan pastinya membuatku terlihat sangat bodoh!!!! Aku akan mulai menikmati hidupku dari awal. Wow, aku begitu bersemangat meski hanya memikirkannya. Sekarang aku akan melakukan apapun yang ingin aku lakukan. Ya, mungkin aku akan terus memikirkannya sampai aku bosan dan pada akhirnya melupakannya dengan sendirinya. Nampaknya ini lebih mudah dan tentunya lebih menyenangkan. Setidaknya aku akan menjadikannya motivasi tersembunyi untuk bisa lebih baik dan membuatnya menyesal karena telah mencampakkanku seperti rongsokan!!! Rindang, kenapa kau begitu jenius??? Aku tak pernah berfikiran seperti ini. Well, sebenarnya aku juga tau semakin aku berusaha melupakannya semakin aku tak bisa melupakannya dan tentunya semakin membuatku sakit. Tapi nampaknya otakku sudah terlalu berkarat dan tak bisa berfikir jernih. Dan terimakasih untuk pencerahan yang benar-benar membantuku. “ Lupakan dia jika ingin melupakan dan ingatlah dia jika ingin mengingatnya. Lakukan itu sampai kau bosan dan pada akhirnya melupakannya dengan sendirinya “ Aku sudah memutuskan, meskipun ini terdengar gila, tapi aku akan terus memikirkanya dan tak pernah berusaha lagi untuk melupakannya. Aku akan terus memikirkannya sampai aku mendapatkan seseorang yang benar-benar bisa menggantikannya, bukan sekedar sebagai pelarian. Tapi benar-benar sebagai the one yang aku tunggu selama ini.

Aku dan Kamu



Aku dan kamu, bagai sebuah gelas yang telah pecah
Tak akan pernah bisa disatukan, kalaupun memaksa menyatukan diri kita
Tetap saja tak sama . . .
Retakan yang ada akan membuat isi gelas itu merembes keluar
Aku dan kamu, bagai sebuah gelas yang telah pecah
Tak akan pernah bisa saling melindungi, kalaupun memaksa untuk saling melindungi
Kita malah akan terluka . . .
Kepingan demi kepingannya akan menggores dan melukai diri kita sendiri
Aku dan kamu, bagai sebuah gelas yang telah pecah
Memang tak akan pernah bisa disatukan
Jangan pernah bertanya mengapa
Tapi memang tak  mungkin dan tak akan pernah mungkin