Aku hanya gadis nomor dua, bukan terasing tapi juga tak muncul di permukaan. Lebih tepatnya aku memang tak suka muncul ke permukaan, aku lebih senang mengamati dan memberikan komentar, itupun hanya dalam hati. Yah itulah aku . . .
Seperti sekarang, aku hanya melihat dari kejauhan anak-anak nomor satu yang sedang sibuk menyiapkan pesta angkatan. Aku lebih memilih mengamati dengan berpura-pura sibuk dengan laptopku, terutama mengamati Dimas. Kakak angkatanku, dia manis, lucu dan yang pasti dia orang nomor satu.
Namaku Andra, mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2009 di sebuah Universitas Negeri di Surabaya. Memang benar aku gadis nomor dua, dan sebuah kesalahan ketika aku mulai menyukai seseorang dari kelas satu. Bohong jika ada yang bilang bahwa cinta tak mengenal status. Buktinya dia tak pernah melihatku, bahkan melirikpun enggan. Yah memang begitu akhir dari kisah cintaku. Tragis, layu sebelum berkembang.
***
“ Ndra kamu bisa bantu aku nggak? “ tiba-tiba saja Wisnu, KAHIMA jurusanku, menghampiriku saat jam makan siang.
“ Aku, bantu apa? “ tanyaku tak percaya, aku gadis nomor dua, tak ada yang membutuhkan bantuanku. Tapi mengapa tiba-tiba saja seseorang seperti Wisnu membutuhkan bantuanku?
“ Kemarin si Eka bilang dia nggak bisa jadi LOnya StarBand, kamu mau gantiin dia? “
Ooo hanya sebagai peran pengganti, aku kira aku akan mengalami kenaikan status. Hanya berharap.
“ Napa mesti aku Nu, emang nggak ada yang lain ya? “ tanyaku mencoba menghindar dari tawarannya.
“ Ayolah please bantuin aku?? “ Wisnu memohon.
“ Oke dech, tanggal berapa? “
“ Kamu nggak tau tanggal berapa pesta angkatan kita? “ Wisnu bertanya tak percaya dan aku hanya menggeleng. Wisnu menarik nafas panjang, mungkin dia merasa jengkel dengan sikap acuhku terhadap acara jurusan yang dianggap penting oleh semua orang, yah kecuali oleh orang-orang nomor dua seperti aku.
“ Tanggal 15 Mei. Tapi sebelumnya kamu mesti mastiin semuanya yang berhubungan dengan StarBand “
“ Aku nggak kerja sendiri kan? “
“ Enggak, ntar kamu koordinasi sama Dimas, dia koordinator semua LO pengisi acara “
“ Dimas? “ tanyaku antara senang dan tak percaya.
“ Jangan bilang kamu juga nggak tau yang namanya Dimas? “ ujar Wisnu kesal.
“ Enggak kok, aku tau “ aku mengangguk dan tersenyum. Dimas?? Baru kali ini aku merasa senang menjadi peran pengganti.
***
“ Andra “ suara yang sangat lembut menyapaku pagi ini.
“ Di . . mas . . “ ujarku gugup ketika tau siapa yang menyapaku, dan mengejutkan, dia tau namaku.
“ Udah beres belum urusan StarBand? “
“ StarBand? “ aku mengerutkan kening, kepalaku benar-benar kosong, Dimas ia benar-benar telah menyerap semuanya dari otakku.
“ Ia StarBand, band pengisi pesta angkatan besok “
“ Oh ia ia, udah beres kok “ Ayo Andra, kembali ke kesadaran penuh, jangan keliatan bego didepan Dimas.
“ Tapi besok mereka mau ada perwakilan dari kita buat datang ke basecamp mereka “
“ Gitu ya, oke besok kita kesana, kamu jam berapa kosong? “
“ Kita?? “ tanyaku tak percaya.
“ Ia kita, kapan kamu kosong? “ Dimas merasa aneh dengan pertanyaanku
“ Besok aku cuma kuliah pagi, jadi jam 10 udah kosong “
“ Oke dech besok aku hubungi lagi “ aku mengangguk bersemangat, tak menyadari Dimas telah pergi.
***
Akhirnya hari ini tiba, akhirnya aku bisa berdua dengan Dimas, meskipun hanya sebatas urusan pesta angkatan. Tak apalah daripada tidak sama sekali.
“ Andra? “ aku mendengar namaku disebut, dan memutuskan untuk mendengarkan pembicaraan mereka dari balik dinding.
“ Ya enggak lah, emang aku bego suka sama dia, kayak nggak ada yang lain aja “ Dimas dan teman-temannya tertawa, membicarakanku, menertawakanku. Kakiku terasa lumpuh, aku terduduk lemas. Apa harus selalu seperti ini kejadiannya jika orang-orang nomor dua memutuskan untuk memilih orang-orang nomor satu. Bukannya cinta tak pernah mengenal status?
“ Ndra, kamu nggak papa? “ aku melihatnya dengan mata berkaca-kaca, Wisnu, sepertinya ia juga mendengar apa yang telah aku dengar dan aku mengangguk.
“ Gimana kalau kita beli minum dulu? “ Wisnu membantuku berdiri, dan aku mengikutinya dengan patuh. Wisnu memilih tempat palingt pojok, tak tau apa alasannya, mungkin ia ingin memberikan kesempatan untukku menangis sepuasnya.
“ Mau pesen apa? Gimana kalo coklat panas, katanya baik lo buat ngurangin mood nggak enak “
“ Terserah kamu aja “ hening menyelimuti sekitar.
“ Aku udah denger semuanya “ Wisnu mencoba memulai percakapan.
“ Kalau kamu ada disini cuma buat ngasihani aku, mending kamu pergi, aku nggak mau dikasihani “
“ Kamu salah kalau beranggapan cinta itu memandang status “ pernyataan Wisnu membuat keningku mengkerut, bagaimana ia bisa tau apa yang sedang kurasakan?
“ Aku udah tau semuanya, kamu suka Dimas kan? “ aku tak menjawab pertanyaan Wisnu.
“ Nggak seharusnya kamu semakin terpuruk dan merasa menjadi orang paling sial didunia karena kamu orang nomor dua “ aku semakin tak percaya, darimana ia tau semua ini.
“ Seharusnya, kamu buktiin ke Dimas, kamu nggak pantas disakiti, kamu juga berhak jatuh cinta “ pembicaraan ini membuatku semakin tertarik.
“ Kamu tau, status itu cuma hal bodoh yang dibuat manusia untuk mempersulit dirinya sendiri “
“ Makasih ya Nu “ Wisnu tersenyum
“ Oke, sekarang udah bisa senyum lagi kan? “ aku mengangguk.
“ Apa kamu mau aku ganti tugas lain, biar kamu nggak ketemu sama Dimas? “ Wisnu menawarkan sebuah solusi yang sebenarnya ingin ku ambil, tapi aku hanya menggeleng.
“ Makasih, tapi aku mesti berani buat ketemu sama dia, ini cuma permasalahan kecil, ada permasalahan yang lebih besar daripada sekedar mikirin Dimas, kalau nggak sekarang aku nggak akan pernah mencoba buat jadi lebih dewasa “
“ Good, sekarang semangat kerja buat pesta angkatan, aku tinggal dulu ya, masih banyak urusan “ Wisnu benar, status hanya hal konyol yang aku ciptakan sendiri. Aku harus memulainya dari awal, semuanya. Agar aku tak menyia-nyiakan masa kuliahku yang begitu menyenangkan ini, hanya dengan menangisis seseorang seperti Dimas. Jika aku mau, aku bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik daripada Dimas, karena aku memang pantas mendapatkannya, mendapatkan yang terbaik untuk hidupku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar