31.12.10

Sahabat part.1

Sahabat, sebuah kata yang benar-benar mudah diucapkan, tapi jika kamu ingin mencarinya, ini akan menjadi hal yang sangat amat susah. Sudah berkali-kali saya mencoba mencari seorang atau beberapa sahabat, tapi ternyata sangat susah. Akhirnya saya menemukan dua sahabat yang benar-benar mengerti saya, dan saya harap, mereka tak seperti sahabat-sahabat saya terdahulu dan saya juga berharap kami dapat menjadi sahabat selamanya.
Sewaktu SD, saya " bersahabat " dengan seseorang yang saya harap bisa menjadi sahabat saya selamanya, tapi ternyata tidak, ada sesuatu yang ia harapkan ketika menjadi sahabat saya.
Saya adalah orang yang paling tidak suka akan adanya dominasi ( meskipun saya sebenarnya suka mendominasi :p ), bahkan sejak kecil pasti saya akan memberontak jika hal ini terjadi. Semasa SD, saya pernah mempunyai teman, yang suka menjadi " BOSS " dan sesuka hatinya memperlakukan orang lain. Namun, saya tak mendengar " perkembangan " perilakunya setelah saya diterima dikelas unggulan kecamatan, yang mengharuskan saya untuk pindah sekolah dan meninggalkan teman-teman lama saya.
Setahun mencari ilmu di kelas unggulan, nilai saya merosot, dan orang tua saya memutukan saya akan kembali belajar dikelas reguler. Saya masih mengingat smuanya, kala itu tahun ajaran baru, dan saya mendapat laporan dari " sahabat " saya tentang perkembangan perilaku " BIG BOSS ". Selama saya bersekolah dikelas unggulan, berturut-turut dia merebut posisi saya sebagai ketua kelas, dan ketika saya kembali jabatan itu langsung kembali pula kepada saya, bukan karena apa-apa, tapi memang perolehan suara kami jauh perbandingannya. Ketika itu, dengan gak pentingnya dia memberikan selamat " Selamat y mbak ( waktu itu semua teman SD saya memang memanggil saya dengan sebutan " Mbak " ) kamu pasti seneng banget " ( hello, sapa juga yang mau jadi ketua kelas yang artinya harus disuruh-suruh dan sebagainya SETIAP HARI )
Saya pun segera beraksi ketika saya melihat sendiri bagaimana perlakuanya terhadap seorang teman saya, saya meninggalkannya dan diikuti teman-teman saya juga ( ternyata mereka butuh seseorang untuk melakukan sebuah perubahan ). Saat itu, " BIG BOSS " tak mempunyai teman dan tak ada yang mau menjadi temannya, ada rasa kasihan dalam hati saya, tapi biarlah dia sedikit mendapat " pelajaran " karena itu sangat perlu untuk seseorang seperti dia. Suatu hari, dia mendatangi saya dan menangis, dia berkata, karena saya kembali dia kehilangan semuanya. Tapi sebenarnya apa yang saya rebut?
Saya tak pernah merebut apapun darinya, malah dia sendiri yang secara tidak langsung telah membuangnya, menyia-nyiakan semua yang telah dia punya. Dan kala itu, saya tak menghiraukannya. Saya ingin dia berubah, dan benar secara perlahan dia berubah, dia mulai mau bersikap " baik " kepada orang lain.
Tapi bukan dia yang ingin saya ceritakan. Setelah perubahan yang telah saya lakukan, saya menjadi cukup " wah " dikalangan teman-teman saya, hingga " sahabat " saya mendekat. Kala itu saya tak pernah curiga dan memang tak ingin berprasangka buruk, karena dia begitu baik dan saya memang berharap kami akan bersahabat selamanya.
Tapi apa yang terjadi, ketika kami SMP, dia mulai menjauhi saya dan dia menjadi " sahabat " ketua OSIS kami, bahkan dia menjelek-jelekkan dan meremehkan kemampuan saya berorganisasi didepan orang banyak. Ternyata baginya, persahabatan hanyalah siapa yang bisa membuatnya menjadi seseorang yang terkenal dan mempunyai sebuah nama.
Tapi tetap saya yang " lebih " darinya. " SAHABAT " baru saya ternyata lebih berpengaruh, dan membuat dia terkucilkan.
Apa yang telah dia lakukan membuat saya benar-benar kecewa, dan saya berharap dia dapat merubah penilaiannya tentang makna seorang sahabat. Karena sahabat bukanlah sebuah alat, sahabat adalah jiwa kita dan merekalah yang akan mampu menopang kita saat kita rapuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar