Suara dentingan itu semakin keras membangunkanku. Dengan ragu, kubuka mataku walau terasa berat.. Lingkungan ini terasa asing bagiku, semua orang nampak sibuk dengan benda-benda aneh meyerupai robot. Mereka mengenakan pakaian yang sama, persis seperti yang dikenakan empat pahlawan super dalam film fantastic four, film favoritku, yang membedakan hanyalah sebuah gelang yang mereka kenakan di tangan kiri, yang sepertinya terbuat dari baja.
Tepukan lembut dipundakku membuyarkan semua lamunanku
“ 7174, apakah anda baik-baik saja ?” makhluk yang berdiri dihadapanku saat ini benar-benar membuatku terpana
“ Dimas . . . . ? “ tak percaya., Dimas, pacarku, berada dihadapanku dengan pakaian alien itu.
“ Dimas ? “ tanyanya heran
“ Kamu . . . kamu Dimas kan? ini aku, Sasi “ tanyaku semakin tak percaya
“ Apa yang anda katakan? apakah hukuman dari tuan Dimas benar-benar membuat anda sakit ? “ aku hanya dapat mengerutkan keningku, benar-benar bingung dengan apa yang sedang terjadi.
“ 7174 apakah anda benar-benar lupa dengan saya ? “ aku menggelengkan kepalaku lemah.
“ Saya 5080 . . . “
“ 5080 . . . ini di mana, tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi! “
“ Anda benar-benar lupa . . . . ? “ Aku mengangguk pelan.
Akhirnya Dimas atau 5080 atau siapalah dia, menjawab semua pertanyaan yang berkecamuk dibenakku yang benar-benar membuatku bingung.
Ini tahun 3000 dan disini semua manusia bekerja kepada robot. Diawali dari kesalahan Prof. Flass, dia menciptakan robot yang ditanami chip yang menyerupai otak manusia, bahkan kepintarannya melebihi otak manusia. Robot itulah yang membunuh Prof. Flass hingga akhirnya menciptakan robot-robot lain yang digunakan sebagai pasukannya untuk menguasai dunia. Generasi pertama itulah yang biasa disebut sebagai tuan Dimas, pemimpin dari sekumpulan robot yang saat ini menguasai dunia. Dan sejak saat itu, manusia menjadi budak mereka. Setiap manusia harus melayani satu robot sepanjang hidup mereka. Mereka tidak dapat menikah ataupun jatuh cinta, karena para robot itu telah “ mencuci “ hati mereka. Untuk memperoleh keturunan, setiap perempuan dari golongan manusia disuntik dengan serum yang dapat membuat mereka hamil. Di dunia ini para manusia tidak boleh menyandang sebuah nama, identitas mereka hanyalah gelang yang bertuliskan sederetan angka, yang biasa digunakan untuk menyapa satu sama lain Dan aku baru menyadari ternyata aku adalah sebagian dari mereka. Aku mengenakan gelang bertuliskan “ 7174 “ yang berarti itulah namaku. Aku meraba gelang itu,terasa kasar dan dingin. 5080 melanjutkan ceritanya, aku dijatuhi hukuman karena melakukan kesalahan yang sangat fatal, aku telah membunuh Diana, robot wanita kekasih Dimas, Sang pemimpin.
“ Lalu, mengapa aku masih hidup ? “
“ Apa anda lupa, anda cucu dari Prof . Flass, dan tuan Dimas masih mempertimbangkan hal itu, sehingga hukuman anda tidak terlalu berat “
“ Cucu Prof.. Flass ? Sejak kapan aku menjadi cucu seorang ilmuwan gila ? “ gumamku lirih, masih dengan rasa tak percaya
“ Lalu apa tugasku di sini ? “ tanyaku penasaran
“ Anda bekerja di pusat pengendalian kota “
“ Wow . . . pengendalian kota ? “ tanyaku tak percaya
“ Lalu apa tugasmu ? “
“ Saya bekerja untuk tuan Dimas, dan saya sangat bangga akan hal itu, karena hanya orang-orang terpilihlah yang bisa bekerja pada tuan Dimas “
Kepalaku berdenyut tak karuan, bingung membayangkan apa yang sebenarnya telah terjadi. Aku benar-benar lupa dengan segalanya. Yang aku ingat hanyalah pertengkaranku dengan Dimas, kekasihku, menangis, berlari dan semuanya menjadi gelap. Apa ini semua nyata, ataukah hanya sekedar mimpi ?
*****
Seminggu sudah aku menjalani hari dengan penuh kebingungan. Semua nampak dingin dan asing, hanya sosok yang menyerupai Dimaslah yang membuatku merasa tenang. Tak kurasakan kehidupan disekitarku, semua hanyalah rongsokan teknologi yang dibanggakan oleh manusia “ di zamanku “ dan tanpa mereka sadari bahwa suatu saat teknologi-teknologi ini akan memperbudak mereka , tepatnya seperti apa yang kurasakan saat ini.
Aku berkeliling di sekitar gedung pusat pengendalian kota, di sepanjang jalan kusaksikan fenomena yang membuat hatiku miris, manusia bekerja seperti layaknya sebuah robot dan para robot memerintah layaknya seorang manusia.
“ 7 1 7 4, a . . pa yang ka. . mu la . .ku . . kan di . . si . .ni . . ? “ sebuah robot menghentikan langkahku.
“ Kem . . ba . . li ke . . ru . . ang . . mu se . . ka . . rang ju . . ga . . “ tanpa meminta persetujuanku, robot itu menyeret tubuhku menuju sebuah ruangan yang penuh dengan monitor dan tombol-tombol pengendali.
“ Se . . ka . . rang ce . . pat be . . ker . .ja la . . gi ! “ robot itu menutup pintu ruanganku dengan sensor otomatis ditubuhnya
“ Andai semua manusia tau apa aku alami saat ini, pasti mereka merasa menyesal telah mendewakan teknologi “ gerutuku kesal
Terdengar pintu ruanganku terbuka secara otomatis
“ Apa lagi sich maunya ni robot ? “ saat aku membalikkan tubuhku, kudapati 5080 berdiri di depan pintu, nafasnya tersengal-sengal, peluh bercucuran dari sekujur tubuhnya, dan wajahnya nampak pucat pasi ketakutan.
“ Tolong saya 7174, tolong saya . . . “ sebelum 5080 sempat bercerita, pintu ruanganku kembali terbuka, dua buah robot memasuki ruanganku dan menyeret 5080 dengan paksa.
“ Lepaskan saya, saya mohon lepaskan saya . . . “ 5080 memohon kepada kedua robot itu, namun tak ada tanggapan sedikitpun.
“ Hey . . . Apa yang kalian lakukan, lepaskan dia ! “ aku mulai kesal dengan perlakuan robot-robot itu terhadap semua manusia, memperlakukan manusia seolah-olah mereka adalah hewan.
“ Ka . . mi tak da . . pat me . . le . . pas . . kan 5 0 8 0, dia te . . lah mem . . bu . . nuh . . tu . . an Di . . mas “
“ Membunuh tuan Dimas, jadi rongsokan itu telah mati ? “ batinku dalam hati
“ Bukan saya yang membunuh tuan Dimas, saya berani bersumpah “
“ Tu . . tup mu . . lut . . mu ka . . li . .an ha . . nya ma . . nu . . sia hi . . na yang ti . . dak ber . . hak un . . tuk mem . . be . . la di . . ri “
“ Kalianlah yang seharusnya menutup mulut, dasar rongsokan . . . “ teriakku geram dan tetap berlari mengejar mereka
Tanpa mendengarkan penjelasan dari 5080 robot-robot itu menyeretnya menuju ruangan eksekusi, di situlah setiap manusia yang danggap bersalah dijatuhi hukuman mati.
“ Hentikan . . . !!! “ aku berteriak histeris ketika robot-robot itu berhasil mendudukkan 5080 di atas kursi pesakitan, tak ada yang bisa kulakukan, dua robot menghadangku. Akhirnya semua benar-benar terjadi, sesuatu yang tak pernah kubayangkan sampai detik ini. Sebuah robot, mengetikkan beberapa password dikomputer pengendali, hingga sebuah senjata lasser besar mengarah ke 5080 yang telah duduk terikat tak berdaya.
“ Ma . . ti kau . . “ sinar berwarna merah mengarah ke arah 5080, beberapa detik kemudian sosok 5080 berubah menjadi abu.
“ Dimas . . . . !!!! “ aku berteriak histeris melihat 5080 berubah menjadi abu.
Kedua robot yang tadi menghalangiku menyeretku kembali keruanganku, perlawananku tak ada artinya jika dibandingkan dengan kekuatan mereka.
“ Ka . . mu te . . lah me . .li . . hat a . .ki . . bat . . nya ji . . ka me . . la . .wan ka . . mi . . “
“ Kalian hanya robot, dan aku yakin ada sebuah cara untuk mengalahkan kalian “ teriakku kesal, namun robot-robot itu tak menghiraukannya.
“ Aku akan menghancurkan kalian semua !!!!! “
*****
“ Maaf, di mana saya bisa menemui wanita yang telah melahirkan 5080 ? “ tanyaku pada setiap manusia yang kutemui, namun tak ada yang dapat memberitahukan padaku keberadaan wanita itu.
Sudah lebih dari satu jam aku berkeliling kota robot, namun aku tak menemukan wanita yang telah melahirkan 5080. Perlu diketahui, di kota ini tak dikenal istilah orang tua, ibu apalagi ayah, karena di sini semuanya terlahir melalui sebuah teknologi, dan mereka menyebut ibu sebagai wanita yang melahirkan . . . ( tergantung dari nama anak yang telah dilahirkan )
“ 7174, apa anda sedang mencari wanita yang telah melahirkan 5080 ? “ seorang manusia menghampiriku, 5110, angka yang kulihat dari gelang yang ia kenakan
“ Apa kamu tau dimana ia berada ? “ tanyaku senang dan tak sabar, setelah sekian lama mencari akhirnya aku menemukan sebuah petunjuk
“ 2030 berada di penjara bawah tanah, di bawah gedung pusat pengendalian kota “
“ 2030 ? “
“ Wanita yang telah melahirkan 5080 . . . “ jawab 5110, seolah mengerti akan kebingunganku
“ Mengapa dia ada di penjara, apakah ini ada hubungannya dengan kesalahan yang dilakukan 5080 ? “
“ Tidak bukan karena 5080 . . . “
5110 kembali bercerita, di kota ini setiap manusia memiliki batas hidup. Minggu depan 2030 tepat berusia 50 tahun dan itu artinya sudah saatnya dia mati. Setiap manusia yang berumur 50 tahun sudah dianggap tak berguna, dan mereka akan dieksekusi, sama seperti yang dialami 5080, mereka akan diubah menjadi abu dan dibuang begitu saja di tempat pembuangan. Benar-benar biadab dan tak terampuni.
*****
Ruang penjara itu benar-benar pengap dan gelap, tak sedikitpun menggambarkan perkembangan teknologi yang begitu pesat seperti yang kutemui di atas sana. Dengan mudah aku dapat menemukan penjara itu, sebuah ruangan besar yang dengan terali baja.
“ 2030 . . . “ bisikku pelan memanggil, penjara itu mengurung berpuluh-puluh manusia yang siap mati, seorang wanita seumuran bunda datang menghampiriku
“ Saya 2030, tapi masih seminggu lagi saya berusia 50 tahun “ kata-katanya datar, tak sedikitpun terbersit ketakutan dalam matanya, seolah “ pembunuhan “ ini adalah suatu hal yang wajar.
“ Tidak . . . bukan itu maksud saya, saya hanya ingin menanyakan satu hal . . . “
“ Apa yang bisa saya bantu ? “
Akhirnya dengan keberanian yang masih tersisa, kucoba mengutarakan maksud kedatanganku, mencari tahu kelemahan dari “ rongsokan-rongsokan “ itu.
“ Di ruangan tuan Dimas ada sebuah saklar yang secara otomatis dapat mematikan semua teknologi di kota ini, termasuk robot-robot itu. Tapi di sana penjagaan begitu ketat, tak ada celah yang dapat dilalui manusia “ tak ada sedikitpun kebohongan dalam kata-kata wanita itu
“ Terimakasih atas informasinya . . . “ aku segera berlari meninggalkan penjara itu, tanpa sedikitpun memberi penjelasan kepada wanita itu, karna kurasa itu memang tak perlu.
*****
Dadaku berdebar-debar, nafasku tak teratur, aku benar-benar tak sabar melakukan misi ini. Ruanganku seolah juga ikut menyemangatiku, ide itu sudah ada sejak aku berlari tadi dan aku harus segera melakukannya.
Aku mulai bergerak, dengan cekatan kuketikkan beberapa password untuk menyusup ke dalam system komputer kota robot, membuat manipulasi tentang adanya penyusup di tengah kota dan bagiku hal ini tidak terlalu sulit. Kudengar suara berat langkah rongsokan-rongsokan itu melangkah tergesa meninggalkan gedung penggendali kota. Setelah merasa aman, aku segera berlari menuju ruangan tuan Dimas yang berada di ujung lorong. Ruangan itu begitu besar, dengan berbagai monitor dan peralatan canggih di dalamnya.
“ Di mana saklar itu ? “ tanyaku tak sabar, mengelilingi ruangan dengan penuh rasa cemas dan tanpa kusadari apa yang kucari berada di tengah ruangan.
Saklar itu tertutup kotak kaca yang begitu tebal,
“ Ma . . su . . kan pass . . word . . “ secara otomatis system komputer dalam ruangan itu memerintahkan untuk memasukkan password ketika aku menyentuh kaca pembatas saklar itu.
“ Sial . . . !!!! “ umpatku kesal, aku mulai mencoba mengetik beberapa huruf “ D I A N A “ enter dan “ Pass . . word ti . . dak di . . te . . ri . . ma, a . . da pe . . nyu . . sup a . .da pe . . nyu . . sup “
Terdengar bunyi alarm menggema diseluruh penjuru gedung pengendali kota.
“ Arghhhhh . . . Rongsokan “ aku kembali mencoba mengetik sebuah kata “ F L A S S “
“ Pass . . word di . . te . . ri . . ma “ secara otomatis kaca pembatas itu terbuka, bersamaan dengan terbukanya kaca pembatas robot-robot itu mulai memasuki ruangan tuan Dimas.
“ Pe . . nyu . . sup te . . lah di . . te . .mu . .kan, han . .cur . .kan se . .ka . .rang ju . .ga 7 1 7 4 ber . .siap . .lah un . .tuk ma . .ti “
“ Bye . . . “ segera kutarik saklar itu sebelum rongsokan-ronsokan itu merubahku menjadi abu
“ Sys . .tem te . .lah di . .ma . .ti . .kan “ bersamaan dengan itu aku merasakan keanehan dalam tubuhku, aku merasa lebih ringan dan secara perlahan tubuhku mulai menghilang
“ Apa aku sudah mati? apa robot-robot itu sempat menembakku dengan lasser seperti apa yang mereka lakukan terhadap 5080 ? “ banyak pertanyaan yang berkecamuk di dalam dadaku, namun sebelum semuanya dapat terjawab, aku mendengar sebuah suara yang sangat kukenal memanggil namaku
“ Sasi . . . bangun sayang . . . “ bunda, itu suara bunda
Meskipun berat kucoba membuka kedua mataku, kulihat Bunda bernafas lega dihadapanku. Kucoba memutar pandangan keseluruh ruangan, rumah sakit, di sinilah aku berada saat ini. Kutemui wajah yang sangat kukenal tertunduk penuh penyesalan di sudut ruangan, Dimas atau 5080, entah siapa dia karena mereka begitu mirip. Ternyata itu semua hanya mimpi dan aku bersyukur karena itu. Kuangkat tangan kiriku walau masih terasa lemas, mencoba meraba wajah bunda yang sangat kurindukan.
Apa itu, sepertinya aku mengenal benda itu, sebuah gelang bertuliskan angka “ 7174 “ melingkar manis dilengan tangan kiriku. Nafasku terasa sesak dan . . . .
TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIITTTTTTTTTTTTTTT . . . .
Semuanya kembali gelap.
*****
Tidak salah jika kita ingin memanfaatkan suatu teknologi, namun itu bukan berarti kita mendewakan teknologi dan menjadikannya segala-galanya dalam kehidupan kita.
Karena cepat atau lambat teknologi dapat memperbudak kita, membuat kita kecanduan dan pada akhirnya merusak kehidupan kita secara perlahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar